Beranda | Artikel
Sangat Istimewanya Nabi Kita shallallahu alaihi wa sallam
Jumat, 2 Januari 2009

Inilah yang akan kita bahas pada posting kali ini. Betapa banyak orang tidak mengetahui keistimewaan Nabinya sendiri, jadi kadang dilecehkan. Ketahuilah bahwa Nabi kita memiliki keistimewaan dari umat ini bahkan lebih istimewa dari nabi lainnya. Semoga dengan pembahasan kali ini, kita mendapat ilmu yang bermanfaat.

Pertama akan kita lihat keistimewaan Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam dari nabi lainnya.

[1] Beliau adalah kholilullah (kekasih Allah) selain Nabi Ibrahim ’alaihis salam

Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
إِنِّي أَبْرَأُ إِلَى اللَّهِ أَنْ يَكُونَ لِي مِنْكُمْ خَلِيلٌ فَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى قَدْ اتَّخَذَنِي خَلِيلًا كَمَا اتَّخَذَ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا وَلَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا مِنْ أُمَّتِي خَلِيلًا لَاتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ خَلِيلًا
“Sungguh aku memohon pada Allah akan memilih aku di antara kalian sebagai kekasih Allah. Maka Allah Ta’ala memilihku sebagai kekasih-Nya sebagaimana Allah menjadikan Ibrahim juga kekasih-Nya. Seandainya, aku memilih di antara umatku seorang kekasih, maka aku akan memilih Abu Bakr sebagai kekasihku.” (HR. Muslim)

Kholil/khullah adalah tingkatan tertinggi dalam derajat mahabbah (kecintaan) dan inilah yang merupakan tingkatan paling sempurna. Oleh karena itu, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Allah Ta’ala memilihku sebagai kekasih-Nya sebagaimana Allah menjadikan Ibrahim juga kekasih-Nya.” Dan tidak ada dalam hadits yang mengatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah habibullah sebagaimana yang pernah kita dengar dalam berbagai shalawat bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam diseru dengan panggilan ‘Ahmad Ya Habibi’. Ini sungguh adalah perendahan terhadap Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau lebih tepat disebut kholilullah dan bukan derajat yang lebih rendah yaitu habibullah. Semoga kita memperhatikan hal ini. (Lihat Syarh wa ta’liq al-Aqidah al-Wasithiyyah, Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, hal.21)

[2] Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah penutup para Nabi dan risalah (wahyu) yang beliau bawa telah sempurna serta merupakan risalah yang terakhir

Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi.” (Al Ahzab: 40)

Dan tidaklah datang orang yang mengaku dirinya sebagai Nabi -sesudah beliau- kecuali mereka adalah dajjal/pendusta. Munculnya orang-orang yang mengaku Nabi ini merupakan kebenaran dari berita Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُبْعَثَ دَجَّالُونَ كَذَّابُونَ قَرِيبٌ مِنْ ثَلَاثِينَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ رَسُولُ اللَّهِ
”Tidak akan terjadi hari kiamat hingga mucul para dajjal/para pendusta, yang berjumlah sekitar 30-an. Mereka semua mengaku sebagai utusan Allah (rasulullah).” (HR. Muslim)

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

وَإِنَّهُ سَيَكُونُ فِي أُمَّتِي ثَلَاثُونَ كَذَّابُونَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ نَبِيٌّ وَأَنَا خَاتَمُ النَّبِيِّينَ لَا نَبِيَّ بَعْدِي
”Sesungguhnya akan ada pada umatku 30 orang pendusta yang mengaku Nabi. Padahal akulah penutup para nabi, tidak ada nabi lagi sesudahku.” (HR. Tirmidzi, hasan shohih)

Sabda beliau shallallahu ’alaihi wa sallam ini telah terjadi saat ini. Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Sepeninggal beliau shallallahu ’alaihi wa sallam atau bahkan di zaman beliau masih hidup telah muncul para dajjal. Di antaranya adalah Musailamah al-Kazzab. Yang kemudian di zaman Abu Bakr ash-Shiddiq, dia ditumpas oleh Abu Bakar –radhiyallahu ’anhu-. Begitu juga istri Musailamah juga mengaku sebagai Nabi. Dan orang yang mengaku dajjal sampai hari kiamat masih bermunculan. Seperti di zaman kita saat ini juga terdapat orang yang mengaku Nabi –yaitu dajjal- seperti Mirza Gulam Ahmad, Lia Aminudin, dll.

[3] Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam memiliki kedudukan yang terpuji (Al Maqom Al Mahmudah)

Yaitu syafa’atul ’uzhma dan satu-satunya Nabi yang diberikan hak oleh Allah untuk memberikan syafa’at ini pada yaumul masyhar nanti adalah Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam. Allah Ta’ala berfirman,

عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا
“Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji”. (Al Isra’: 79)

Begitu juga dalam hadits -yang panjang- tentang syafa’at yang telah disepakati keshahihannya:

Sesungguhnya Allah mengumpulkan orang-orang terdahulu dan orang-orang belakangan di suatu bukit. Sebagian orang berkata kepada sebagian yang lain: ”Tidakkah kalian memperhatikan apa yang kalian berada di dalamnya. Tidakkah kalian melihat pada apa yang disampaikan pada kalian. Tidakkah kalian melihat siapa yang memberi syafa’at kalian kepada Rabb kalian.” Kemudian mereka mendatangi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, ’Isa, hingga Muhammad –sholawat Allah dan salam-Nya bagi mereka semuanya-. Tiap Nabi tersebut mengatakan: ”Pergilah kepada selainku”. Kecuali Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam mengatakan: ”Saya memiliki syafa’at tersebut.” Kemudian beliau sujud kepada yang mengizinkan syafa’at baginya (yaitu Allah)

Dengan demikian jelaslah keutamaan Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam dari seluruh makhluk. Dan beliau dikhususkan dengan kedudukan yang demikian.

[4] Risalah beliau adalah umum bagi semesta alam dan beliau diutus kepada jin dan manusia

Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا
“Katakanlah: Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua.” (Al A’raf: 158)
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (Saba: 28)
تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا
“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.” (Al Furqon: 1)
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Al Anbiya’: 107)
وَإِذْ صَرَفْنَا إِلَيْكَ نَفَرًا مِنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْآَنَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوا أَنْصِتُوا فَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوْا إِلَى قَوْمِهِمْ مُنْذِرِينَ
“Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Quran, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata: Diamlah kamu (untuk mendengarkannya). Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan.” (Al Ahqaf: 29)
Baca Juga: Kisah Jin Mendengar Al-Quran Lantas Berdakwah pada Kaumnya

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah –rahimahullah- berkata,

”Wajib bagi manusia untuk mengetahui bahwa Allah ‘azza wa jalla telah mengutus Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada manusia dan jin. Wajib bagi mereka untuk beriman kepada beliau dan beriman dengan wahyu yang beliau bawa dan mentaati beliau. Mereka (manusia) harus menghalalkan yang Allah dan Rasul-Nya halalkan dan mengharamkan yang diharamkan oleh keduanya. Mereka harus pula mencintai yang Allah dan Rasul-Nya cintai dan membenci yang Allah dan Rasul-Nya benci. Setiap orang yang telah tegak hujjah dengan risalah (wahyu) Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dari kalangan manusia dan jin kemudian tidak beriman padanya, maka berhak mendapat adzab Allah Ta’ala, sebagaiman orang kafir yang telah diutus rasul bagi mereka. Inilah landasan yang telah disepakati oleh sahabat, tabi’in (yang mengikuti para sahabat dengan baik), para imam kaum muslimin, dan seluruh kelompok kaum muslimin yang merupakan ahlus sunnah wal jama’ah dan selain mereka –radhiyallahu ‘anhum ajma’in-.”

Jika kita sudah mengetahui bahwa risalah beliau ditujukan untuk semesta alam, maka tidak pantas seseorang mengatakan bahwa ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya khusus untuk orang Arab, jilbab hanya khusus untuk orang Arab, dsb.

Baca Juga: Faedah Sirah Nabi: 10 Alasan Kenapa Jazirah Arab yang Dipilih Sebagai Tempat Kelahiran Islam

[5] Beliau diberikan (diturunkan) Al Qur’an yang merupakan mu’jizat terbesar dan hujjah bagi para hamba. Allah sendiri yang akan menjaga Al Qur’an ini dan Allah menantang orang-orang yang meragukan Al Qur’an untuk membuat yang semisalnya

Allah Ta’ala berfirman pada para penantang Allah yang ingin membuat Al Qur’an,
قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآَنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا
”Katakanlah: Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain. (Al Isra’: 88)

Jika tidak mampu membuat seluruh Al Qur’an, Allah menantang lagi dengan cukup membuat 10 ayat.

Allah berfirman,
أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
“Bahkan mereka mengatakan: Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu, Katakanlah: (Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar. (Hud: 13)

Jika tidak mampu membuat 10 surat, silakan jika mampu membuat satu surat saja!!

وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
”Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” (Al Baqarah: 23)

[6] Beliau melakukan isro’ ke Baitul Maqdis dan mi’roj ke Sidrotul Muntaha

Lalu berikut adalah keistimewaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari umatnya Di antaranya ialah:

  • Wajibnya shalat tahajud di waktu malam
  • Amalan yang khusus ditetapkan untuk beliau
  • Diharamkan zakat bagi beliau dan keluarganya
  • Dihalalkan bagi beliau puasa wishol
  • Dihalalkan bagi beliau menikah lebih dari empat wanita
  • Beliau tidak diwarisi
  • Tidak boleh menikahi istri beliau setelah beliau wafat

Semoga dengan mengetahui keistimewaan beliau ini, kita lebih mengagungkan beliau dan tidak melecehkannya. Ya Allah, tambahkanlah selalu bagi kami ilmu yang bermanfaat.

Baca Juga:

Rujukan utama: Al Irsyad ila Shohihil I’tiqod, hal.229-233 Nantikan e-book: ’Mengenal Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam antara yang mencintai dan melecehkan’ Yang selalu mengharapkan ampunan dan rahmat Rabbnya Muhammad Abduh Tuasikal, ST

Disusun oleh Muhammad Abduh Tuasikal, ST


Artikel asli: https://rumaysho.com/115-sangat-istimewanya-nabi-kita-shallallahu-alaihi-wa-sallam.html